FUAD Luncurkan Program Magang dan Pengabdian, Mahasiswa Minta Kejelasan

Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro meluncurkan program baru yang menggabungkan dua kegiatan akademik, yaitu Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dan Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM). Kebijakan ini diterapkan untuk efisiensi waktu agar mahasiswa dapat melaksanakan dua kewajiban sekaligus dalam satu periode.

Wakil Dekan I FUAD, Khoirurrijal, menjelaskan bahwa penggabungan program ini bertujuan untuk mendukung peningkatan mutu dan akreditasi fakultas, “Karena selama ini dalam akreditasi mahasiwa itu ditanya pengabdian mahasiswa nya apa, pengabdian dosen nya apa. Agar tidak kosong maka diadakan kegiatan ini, jadi mendukung proses akreditasi,” ujarnya saat di temui Kronika di ruangan, Senin (5-5-2025).

Ia menambahkan, program ini sejalan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang mencakup Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, dan Pengabdian kepada Masyarakat

Menurutnya, pendidikan telah dilaksanakan di kelas, sementara penelitian dilakukan melalui penulisan artikel atau jurnal. Sedangkan pengabdian dapat dilakukan di lokasi tempat mahasiswa magang, “Pengabdiannya bisa dilakukan di lembaga tempat magang. Misalnya magangnya pagi, maka pengabdian bisa dilakukan pada sore hari. Yang penting dilakukan di luar jam magang,” jelas Khoirurrijal.

Ia menekankan bahwa mahasiswa harus bisa membagi waktu antara magang dan pengabdian. Selain itu, mahasiswa diminta menyusun dua laporan terpisah untuk PPL dan KPM secara individu, “Mereka yang mengatur, kapan untuk magang dan kapan untuk pengabdian jadi yang jelas tuntutannya dua kegiatan itu. Untuk laporannya nanti masing-masing, untuk PPL sendiri untuk laporan pengabdian juga sendiri,” tegasnya.

Khoirurrijal berharap mahasiswa dapat menjalankan PPL sekaligus KPM dengan baik, karena kegiatan tersebut merupakan salah satu penunjang akreditasi, “Diharapkan mahasiswa bisa mengikuti kegiatan-kegiatan ini dengan baik, karena KPM ini sangat mendukung mutu pendidikan dan kaitannya dengan akreditasi itu diperlukan,” ungkapnya.

Meskipun program ini dianggap memiliki tujuan positif, beberapa mahasiswa menyampaikan keberatannya. Firman Andrian, mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI’21), menilai bahwa penggabungan ini tidak relevan untuk semua mahasiswa, terutama yang magang di lembaga padat aktivitas, “Untuk yang di Radar sama studio foto kan waktu bermasyarakat nya kurang, karena kita full magang,” ungkap Firman.

Ia berharap program ini dievaluasi kembali agar lebih relevan dan tidak membingungkan, “Semoga bisa relevan kalau disatukan antara magang dan pengabdian ini, dan bisa lebih diperjelas lagi agar tidak membuat bingung mahasiswa,” tambahnya.

Pendapat berbeda disampaikan oleh Chyntia Zahra, mahasiswa Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI’22). Ia menilai program ini bermanfaat karena memberi pengalaman lebih luas, “Selain magang dan mengerjakan tugas, kita juga bisa bersosialisasi dengan masyarakat lewat kegiatan pengabdian,” ucap Zahra.

Namun, ia berharap teknis pelaksanaannya dapat diperjelas agar lebih efektif dan tidak membingungkan mahasiswa, “Kalau bisa lebih dimatangkan lagi teknis pelaksanaannya karena tahun ini masih simpang siur dan kurang jelas tentang program ini,” tuturnya.

Reporter/Adisti/Ratih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *