38°C
29 April 2024
History

Khalwat nan Unik

  • Juni 11, 2012
  • 7 min read
  • 135 Views
Khalwat nan Unik

Oleh: Dedi, Imam

Salah satu tempat yang dielu-elukan masyarakat sekitar Bandar Surabaya lampung Tengah sebagai bukti sejarah penyebaran agama Islam pada masa kerajaan terdahulu. perjalanan ditempuh lebih dari dua jam lamanya dari kota Metro saat Kronika menuju ke lokasi. Dengan beberapa kendala diantaranya adalah jalan yang tidak mendukung untuk dilewati. Karena tujuan peliputan kali ini adalah di daerah yang banyak dijumpai jalan berlubang (mengalami kerusakan).
Tepatnya di desa Spontan Bandar Surabaya, di mana tempat yang terkenal dengan nama Khalwat ini memiliki bukti sejarah penyebaran Islam di Lampung Tengah pada masa kolonial Belanda. Tempat inipun menjadi salah satu wisata rohani masyarakat setempat maupun masyarakat luar dari desa tersebut. Dengan bangunan yang cukup khas yaitu bercirikan Islam dengan beberapa tulisan Arab di beberapa pintu masuk dan dinding-dinding bangunan. Setelah memasuki bangunannya, di sana yang kami rasakan adalah kedamaian dan kesejukan hati. Karena tempatnya jauh dari keramaian kendaraan selain itu juga memiliki tempat strategis yang banyak dijumpai pepohonan disana. Kesejukan juga terasa saat menaiki tangga menuju tempat yang lebih tinggi. Lokasi yang dibatasi dengan pagar keliling itu memberikan suasana baru, selain pohon yang rindang, yang didominasi oleh pohon beringin juga ada sebuah tempat yang konon katanya disebut sebagai pertapaan Malik Abdullah bin Nurul ‘Alam yaitu ayah dari Sunan Kali Jaga dan masih keturunan dari keluarga Ali bin Abi Thalib sahabat Nabi SAW (wallahhu’alam) yang biasa disebut Kholwat oleh masyarakat setempat.
Di tempat itu juga terdapat masjid yang cukup megah, yakni masjid yang konon dibangun pertama kali di daerah tersebut. Selain masjid juga ada salah satu belik (kolam kecil yang mempunyai sumber alami) yang konon katanya airnya tidak pernah kering walau musim kemarau berkepanjangan. Dari keterangan Khabib yang merupakan juru kunci makam malik Abdullah bin Nurul ‘Alam mengatakan sebagian besar masyarakat yang berkunjung di situ juga mempercayai air tersebut membawa berkah tersendiri antaranya bisa mengobati penyakit. Yang katanya juga sudah banyak membuktikan, maka tidak heran jika banyak orang menyamakan khasiat air tersebut denga air zam-zam dari Makkah. Namun hal ini jangan sampai menjadi perbuatan syirik, karena segala sesuatu adalah kekuasaan Allah. Sehingga hanya Allah Swt yang mengetahuinya kebenarannya.
Di dalam masjid terdapat suatu lubang kecil yang sekarang sudah ditutup tidak lebih besar dari diameter sumur pada umumnya. Lokasinya tepat di sebelah tempat Imam sholat berjarak kurang lebih 30 cm. Konon dari cerita, sumur itu adalah sebuah gua yang dapat tembus ke beberapa tempat yang digunakan oleh Malik Abdullah bin Nurul ‘Alam untuk berpergian. “Dulu sekitar tahun 2007 gua tersebut masih dibuka untuk umum. Namun saat ini dengan beberapa alasan tempat itu sudah tertutup untuk umum,” kata Khabib. Selain itu juga terdapat gapura besar yang bertuliskan nama tempat itu dan tahun pembangunannya, dan sekarang sudah mulai dibangun tempat untuk Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) yang berada tepat di depan masjid.
Sekitar 300 meter dari lokasi Khalwat itu terdapat makam Malik Abdullah bin Nurul ‘Alam. Makam yang kini mulai terlihat bagus dengan beberapa bangunan baru dan artistekturnya. Tempat itu juga dari penuturan Khabib dibangun dengan dana yang didapat dari sedekah para peziarah dan masyarakat setempat. “Selain makam Malik Abdullah bin Nurul ‘Alam, ada juga terdapat makam yang lain, yang semua adalah keluarganya,” jelas Khabib. Di makam itu juga terdapat beberapa peninggalan antara lain adalah sebuah meriam kuno buatan Belanda dan beberapa alat memasak seperti piring dan tempat penumbuk bumbu yang semua terbuat dari batu. Dan di sebelah kanan dari makam Malik Abdullah bin Nurul ‘alam terdapat makam seorang gadis yang konon adalah putri kandung dari Malik Abdullah bin Nurul ‘alam.
Tempat yang ramai dikunjungi pada bulan Ramadhan ini, selain menjadi tempat wisata rohani juga menjadi salah satu tempat studi sejarah oleh beberapa siswa dari berbagai lembaga pendidikan. Saat Kronika melakukan peliputan tempat itu bersamaan juga banyak siswa sekolah dasar (SD) dari Bratasena yang sengaja berkunjungi ke lokasi tersebut. Bahkan, penduduk sekitar yang mayoritas bersuku Lampung mengaku berkah tersendiri akan hadirnya makam dan tempat khalwat tersebut karena menjadikan banyak pendatang untuk mencari penghasilan.
Sejarahnya tempat ini ditemukan oleh Sayid Abdul Ahmad bin Salim Al Muhdor yang merupakan seorang musafir asal pulau Jawa pada tahun 1967. Kemudian dibangun pada tahun 1996 tepatnya pada tanggal 17 Agustus saat kemerdekaan Indonesia. Pada awal pembangunan tempat ini hanya dibangun untuk sekedar mengabadikan bukti sejarah dan buka diperuntukan pada masayarakat umum sampai sekarang.
Jika dilihat dari sejarahnya penduduk Lampung yang ada di Lampung Tengah terdiri dari masyarakat kebudayaan Abung Siwo Mego, dan masyarakat Pubian. Kedua masyarakat sekitar menganut budaya Lampung Pepadun. Konon dari legenda, Khabib menuturkan bahwa masyarakat Pepadun ini bermukim di wilayah Sklaberak (Lampung Barat). Kemudian sebagian berpindah ke wilayah Canguk Ghacak (perbatasan Way Kanan dan Lampung Utara).
Selanjutnya terus menyebar hingga ke wilayah Lampung Tengah melalui darat dengan jalur Way Kanan, Way Rarem, menyeberang ke laut dan masuk meyusur ke hulu Way Seputih dan bermukim di sana. Kemudian sebagian bermukim di sepanjang Way Pengubuan dan Way Terusan. Sehingga ini menunjukkan ada penyebaran Islam dari berbagai daerah ke daerah lain.
Namun dari penuturan Khabib ada versi lain bahwa makam dan khalwat ini bukanlah dari Malik Abdullah bin Nurul ‘Alam melainkan makam Minak Ngediko Pulun yang merupakan nenek moyang dari Khabib yang sekarang sebagai juru kunci makam keturunan yang ke 12 sampai sekarag.
Menurut penuturan sejarah dari Minak Ngediko Pulun saat itu berpindah dari Canguk Ghaccak (Way Kanan) dibawa oleh pamanya yang bernama Minak Sengadjie Man Tanah bersama ibu dan dua saudaranya yaitu terdiri dari Kakanya Minak Pati Agung dan adiknya Minak Puang Sang Diwo. Selain itu juga turut tiga orang sepupunya dari Minak Sengadjie Man Tanah yaitu Minak Gunung Lidang, Minak Nukang Karo dan Minak Rajo Lilo. Ikut serta juga salah seorang sepupu dari bapaknya yang bernama Minak Pemuko Jambu yang juga membawa serta anaknya yang bernama Minak Bebihey. Konon mereka menaiki sebuah rakit yang terbuat dari kayu lalu berlabuh di sebuah tepi Way Seputih kemudian mereka bersama-bersama menaiki tepi sungai tersebut untuk menyusuri di manakah tempat yang cocok untuk bermukim atau membuat sebuah perkampungan.
Setelah melakukan survey merekapun kembali merakit mencari daerah lain. Namun setelah keluarga kembali berkumpul ternyata Minak Ngediko Pulun tidak berada dalam rombongan lalu paman beserta keluarganyapun memutuskan kembali lagi untuk mencarinya. Akhirnya beliau ditemukan sedang duduk di sebuah tempat yang mana tempat itu sekaligus beliau jadikan tempat pertapaan (kholwat). Keluargapun kemudian menayakan apakah sebabnya Minak Ngediko Pulun memilih tempat tersebut. Minak Ngediko konon menjawab bahwa tempat inilah yang cocok untuk dijadikan sebuah perkampungan (Kampoeng Surabaya) yang saat ini menjadi Bandar Surabaya. Sejarahnya dengan bersama-sama mereka membuat benteng pertahanan yaitu sebuah siring besar (Peghikey) mengeilingi bakal kampung yang dimulai dari tempat pertapaan (kholwat) lalu bertemu kembali di Kholwat tersebut. Namun menurut Khabib bisa saja pernyataan masyarakat itu benar mengenai Malik Abdullah bin Nurul ‘alam karena jika ditelusuri dari sejarah kebiasaan orang Lampung yang sudah menikah kemudian ia berganti nama. “Bukan lagi nama aslinya yang dipakai melainkan nama gelar yang diperoleh karena ia telah menikah,” katanya. Menurut Khabib kemungkinan nama Minak Ngediko Pulun adalah nama gelar dari Malik Abdullah bin Nurul ‘alam, dan alasan ia memakai gelar itu adalah karena berada di permukiman orang Lampung.
Dari cerita redaksi berpesan kepada para pembaca untuk tidak terpengaruh ke arah hal yang dilarang yakni perbuatan syirik. Karena segala sesuatu benda yang dikeramatkan dan dipercayai mampu memberikan berkah termasuk menyekutukan Allah . Karena hanya Allah Swt yang memiliki segala kekuasaan dan kehendak setiap sesuatu hal, baik itu keberkahan maupun menyembuhkan penyakit. Bukan karena suatu benda. Tapi di sini pembaca di sini untuk mengetahui ada sebuah tempat bersejarah yang cukup unik. Wallahu’alam Bishowab.

Bagikan ini:
Baca Juga:  Rumah Jurnal IAIN Metro, Adakan Syukuran Jurnal Terakreditasi
About Author

Redaksi Kronika

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *