38°C
20 April 2024
Khotimah

Semua Tempat adalah sekolah

  • Juni 11, 2012
  • 6 min read
  • 22 Views

Oleh: Dedi Setiawan

Pimus KRONIKA
Zaman memang sudah berubah dari waktu ke waktu. Namun tidak ada salahnya jika kita kembali ke beberapa abad sebelum abad di mana kita sedang menghirup kehidupan saat ini. Yaitu pada masa di mana ada salah satu seorang santri yang mempunyai predikat buruk pada akademisnya, yaitu Ibnu Hajar.

Kota Metro
Stain Metro

Kenapa disebut Ibnu Hajar? Tentu pembaca tahu arti dari kata itu, ya. Tidak salah lagi bahwa arti dari kata itu adalah anaknya batu, mungkin terkesan biasa ketika kita mendengar kata itu. Namun jika kita cermati lebih lanjut sebenarnya,

kata itu adalah kata hinaan yang ditujukan pada seorang anak di masanya yang kebetulan ia adalah seorang santri yang payah secara akademis dia dikatakan anak batu karena kebanyakan teman-teman menganggap bahwa ia tidak punya otak karena sangking bodohnya.
IQ nya tidak bisa menyamai teman-temanya pada saat itu. Ia tidak seberuntung yang lain, karena semua pelajaran yang dipelajarinya tak pernah bisa untuk memahami. Sebaliknya, teman-temanya yang sejawat denganya lebih mudah bisa memahami semua pelajaran yang diajarkan oleh gurunya. Tak ubahnya ia menjadi bahan pembicaraan. Satu, dua, sampai tiga tahun ia bisa tahan, tapi olok-olokan itu berlangsung bertahun-tahun hingga sampai puncaknya ia tidak tahan dan mulai putus asa. Kemudian ia mencoba untuk menghidar dari semua keadaan itu guna mencari ketenangan di luar tempatnya ia belajar. Kemudian ia pergi kesuatu hutan, dan ia merenung di sana. Ia melamun dan melihat ke arah sebuah batu yang berlubang kecil, ia tertarik dengan lubang kecil itu. Kemudian mengambil sebuah kesimpulan bahwa batu sekeras itu tetap saja bisa berlubang meski dengan tetesan air yang menetes dari atas, seolah mendapat keajaiban ia bergumam. “Batu sekeras itu saja bisa berlubang dengan tetesan air yang lembut. Kenapa saya tidak”.
Ia pun bergegas pulang dan mulai kembali belajar, tapi kini semangatnya berbeda. Hatinya telah yakin bahwa sesutu sudah Allah tetapkan dengan ukuran yang sempurna, tinggal bagaimana kita menyikapinya. Bertahun-tahun kemudian ia terus belajar hingga akhirnya menjadi Ulama’ yang sangat besar dan ternama. Bahkan beliau dijuluki Al-hafidz karena hafal dengan ribuan hadist Rasulullah SAW. Beliau adalah Al-hafidz Ibnu Hajar Al-Atsqolani penulis kitab yang sangat masyhur yaitu kitab “Fathul Baari”.
Hidup memang unik, ia adalah sekolah yang nyata, pelajaran yang sesungguhnya. Di dalam kehidupan kita bisa menggali segalanya. Tentang apa saja dan di mana saja kita berada, semua yang terbentang adalah ayat-ayat Allah tanda-tanda keperkasaan-Nya. Namun kita terkadang tidak pernah bisa memahaminya, dari mulai kejadian pahit dan manis yang sering hadir dalam kehidupan kita. Itu semua adalah pelajaran dan sekolah untuk kita yang sebenarnya dari Allah SWT. Namun Terkadang kita juga merasa, sesuatu terasa mustahil terjadi bagi kita, mustahil bisa, mustahil kaya, mustahil pintar, mustahil sukses mustahil mampu,dan masih seambrek mustahil yang lainya.
Tetapi dalam urusan Allah Swt tidak pernah ada yang mustahil. Jika Allah Swt sudah berkehendak maka semua itu akan terjadi. Bukankah Allah Maha berbuat sesuka-Nya? Maka dari itu hendaknya kita juga harus bisa memberikan solusi yang tepat dan hebat untuk setiap ma

Baca Juga:  Majalah Kronika Edisi 35 2022

salah yang kita hadapi, agar keberkahan hidup terasa dan menghampiri kita. dan salah satu solusi terjitu yang akan membantu kita dalam segala urusan adalah mengembalikan semuan urusan kita kepada Allah Swt. Supaya sesuatu yang tadinya kita anggap tidak mungkin atau mustahil menjadi sebuah perwujudan yang nyata. “Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” Maka terjadilah ia.” (QS Yasiin: 82).
Dengan pernyataan Allah di dalam Al-Qur’an surat Yasin ayat 82 di atas, membuktikan kepada kita bahwa di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin. Allah maha adil, jika kita diciptakan dengan kekurangan tertentu, percayalah bahwa Allah memberikan keistimewaan lain dalam hidup kita. Sudah saatnya kita menggali potensi yang Allah berikan kepada kita. Ukurannya pun sangat sederhana, jika orang lain bisa melakukanya, kitapun pasti bisa. Tinggal kita mau atau tidak.
Kita juga harus tahu bahwa Allah selalu memberikan kesempatan kepada makhluk-Nya untuk melakukan hal yang terbaik dalam hidup kita menurut Allah maupun menurut manusia pada umumnya. Dan kesempatan itupun Allah berikan kepada kita datang berulang-ulang kali namun terkadang kita saja yang kurang peka untuk membaca peluang yang Allah tawarkan. Tubuh dan panca inderalah potensi terbesar kita untuk menjalankan segala hal terbaik guna beribadah kepada Allah dalam meraih prestasi terbaik menurut Allah Swt.
Manusia cenderung memiliki sudut pandang yang amat berbeda, jika dalam kacamata kita sebagai makhluk yang lemah. Sudut pandang itu sering sekali salah dan kurang tepat, tapi kaca mata Allah pasti tepat dan akurat. Dalam pandangan kita sering sekali sesuatu terasa susah dan sukar dilakukan namun bagi Allah semua hal adalah mudah. Mungkin di sekitar kita ada teman atau saudara yang memilki kekurangan secara fisik (cacat fisik) namun Allah memberikan potensi atau kelebihan yang tidak bisa dilakukan oleh kita.
Bukan zamannya lagi bagi kita untuk termangu dan bersedih diri memikirkan segala sesuatu apa adanya Atau duduk melamun dana berangan-angan semua akan membaik dengan sendirinya, dan berkhayal waktu akan menghantarkan kita kepada kebahagiaan meski entah kapan datangnya. Sekarang waktunya kita untuk merubah lebih baik lagi dalam segala hal/ keadaan itu dengan meyakini bahwa Allah maha adil dan penolong bagi setiap yang datang dan berserah diri pada-Nya.
Percayalah bahwa Allah tidak pernah memberi ujian di luar batas kemampuan hambanya. Ukuran Allah selalu tepat, dengan kesimpulan bahwa sebesar dan “sepilu” apapun ujian yang datang kepada kita sebesar itulah potensi yang kita miliki untuk lulus dari ujian itu. Allah Swt sebenarnya sudah memprediksi bahwa kita mampu untuk lepas dari ujian itu. Namun sayang terkadang kita kalah sebelum berperang dan terlalu pesimis dengan keadaan dan potensi kita untuk menang dalam segala keadaan. Karena sesungguhnya Allah Swt memberi kesempatan yang sama kepada semua hambanya, kesempatan untuk menang, untuk nenjadi kaya, untuk berubah, untuk bertaubat, dan masih dengan seabrek kesempatan yang lainnya tinggal kita mau membaca dengan jeli atau tidak kesempatan yang datang itu.
Allah Swt memang tidak menjanjikan segalanya baik-baik saja, tidak menjajikan Mentari selalu terang dan bunga selalu mekar. Namun percayalah bahwa Allah selalu menyelipkan senyum dalam tangis kita, selalu memberi kesempatan kepada siapapun. Allah selalu dekat dan mengabulkan segala hajat kita. Dan ini saatnya kita menjadi pemenang dalam segala hal, jangan pernah kita dikalahkan oleh diri kita sendiri yang selalu menyihir untuk bilang bahwa kita tidak mampu untuk melakukanya. Percayalah bahwa Allah siap membantu kita selagi kita berjuang semampu kita dan hasilnya kita serahkan hanya kepada Allah. Jadikanlah semua tempat dan semua orang adalah guru untuk menimba hikmah pada dan di manapun kita berada.Karena Allah lebih mencintai proses dari pada hasilnya. Karena hasil itu lebih didominasi oleh takdir dan ketetapan Allah tapi proses mengajarkan kita untuk menjadi hambanya yang taqwa.[]

Bagikan ini:
About Author

Redaksi Kronika

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *