Kronika

Opini

Menjadi Mahasiswa yang berkompetitif

  • Juni 11, 2012
  • 4 min read
  • 79 Views

Impas STAIN MetroAmin Budi Utomo
Mahasiswa PAI VIII (UKM IMP@S)

Kebutuhan era globalisasi yang semakin modern ini lambat laun menjadi persoalan yang semakin kompleks. Dari segala jenis bidang menuntut setiap individu untuk mampu bersaing dengan individu yang lainya guna memenuhi kebutuhan masyarakatnya yang tentunya berkompeten di bidangnya. Jika dilihat sendiri di Indonesia yang pada peringkat di dunia sudah menjangkau urutan ke lima yang mempunyai penduduk terpadat di dunia setelah yang pertama negara Cina, Afrika, India, Brazil, setelah itu di susul Indonesia. Dari persentase di atas telah begitu jelas menggambarkan bahwa semakin banyaknya jumlah penduduk maka semakin sedikit pula peluang bagi individu untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak sebagaimana mestinya yang diharapkan.
Semua aspek kebutuhan masyarakat menuntut seseorang untuk lebih jeli dalam menjalaninya terutama skill yang cukup, yang bisa diperoleh di bangku pendidikan atau berbekal pengalaman yang diperolehnya ketika berproses. Banyak di lingkungan sendiri berbagai lembaga pendidikan yang mengajarkan berbagai jenis kompetensi keilmuan, tapi lagi-lagi memang semua itu belum mencukupi kebutuhan tuntutan zaman. Berbekal pengalaman dan skill yang dimiliki seseorang juga mampu bersaing guna memenuhi kebutuhan masyarakatnya.
Dari beberapa sumber yang diperoleh kesimpulannya, seseorang akan mengalami masa sulitnya ketika ia sudah mencapai titik tertinggi akan tuntutan hidup. Tentunya dalam hal ini dikaitkan dengan kebutuhan hidupnya, baik keluarga, materi, status sosial, dan masyarakat. Mereka akan berfikir “saya ini sebenarnya mau ke mana dalam hidup ini? Mana yang saya lakukan lebih dahulu” hal itupun lumrah dilihat dari individu yang ada. Ketika fikiran itu muncul, banyak individu yang mulai terlihat bingung dan harus bagaimana mereka melaluinya. Selain itu juga, jika dilihat dari lingkungan pendidikan sendiri, sebenarnya di Indonesia sudah banyak pemudanya yang mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi. Tapi tidak sedikit juga mahasiswa yang kehilangan rasa kritis yang mampu memberikan trobosan bagi kebutuhan masyarakatnya yang mampu memberdayakan keilmuanya. Banyak mahasiswa hanya mementingkan hasil akhir yang bagus, IPK cumloude dan lulus tercepat. Setelah lulus, toh ternyata juga malah menjadi dampak yang kronis, menambah angka pengangguran.
Sebenarnya memang bagus, tapi pada kenyataanya bukan hanya itu yang dibutuhkan dalam memenuhi tuntutan masa yang semakin maju. Dari sudut pandang yang berbeda mau tidak mau seorang individu harus dituntut jeli. Ada pepatah mengatakan, “orang pintar itu kalah dengan orang yang cerdik”. Pernyataan di atas memang benar, dari segi intelektualitas memang dibutuhkan untuk mengkrtitisi dan mengakomodir kebutuhan-kebutuhan yang akan dijangkau masyarakat. Tetapi bukan hanya itu saja. Banyak contoh lain yang bisa diulas tidak hanya dari pendidikan tinggi.
Namun sebenarnya dari beberapa permasalahan di atas dapat ditanggulangi sejak dini, dari apa? Tentunya dengan cara mengoptimalkan kesempatan yang sudah di amanatkan baik orang tua ataupun masyarakat dengan sebaik-baiknya. Membekali diri dengan ilmu bermanfaat yang dapat diperoleh dari mana saja yang tentunya memberikan manfaat baik di kehidupan masyarakat kelak. Contohnya ketika seorang individu mengambil jalan untuk meneruskan studinya ke jenjang perguruan tinggi, mereka dapat memperoleh ilmu lain yang tidak diajarkan di bangku kuliah. Misalnya dengan mengikuti kegiatan yang ada atau bergabung dengan organisasi intra ataupun ekstra, yang mengajarkan prinsip management, kepemimpinan, dan keorganisasian, dan bahkan banyak lagi bidang ilmu lainya. Karena pada dasarnya ketika kelak terjun ke dalam masyarakat hal seperti inilah yang lebih dibutuhkan masyarakat. Karena mampu mengakomodir dan mengkordinir serta mengabdi kepada masyarakat masyarakat. Hal itu juga sebagai penerapan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Dengan bergelar mahasiswa yang kebanyakan di anggap masyarakat itu lebih cakap di bidang kritisasi pemikiran karena intelektualnya. Jika dirasakan memang berat beban yang diemban tapi lagi-lagi memang itulah kehidupan. Tidak selamanya seseorang itu hanya hidup sendiri, karena pada dasarnya manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain.
Bagaimanapun juga lagi-lagi skiil yang menjadi bahan utama dapat berpengaruh guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang dilakukan dengan persaingan yang positif tentunya. Sekarang tinggal bagaimana kita menjalankanya, mampu menjadi yang terbaik dan berkualitas atau hanya tertindas menjadi mahasiswa prematur yang tidak bermanfaat . Tanamkan pada diri Anda sekarang bahwa mahasiswa itu kritis! Intelektual! Dan mampu bersaing! Tanyakan pada diri Anda masing-masing dan persiapkan bekal serta prinsip hidup yang matang. Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Bagikan ini:
Baca Juga:  Tak Perlu Menjadi Muslim untuk Membela Palestina
About Author

Redaksi Kronika

Kronika kini menjadi media mahasiswa yang telah memiliki pengalaman lebih dari dua dekade dalam menyajikan informasi, analisis, dan opini mengenai berbagai isu sosial, pendidikan, politik, dan budaya, baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *