PSGA Bersama Komnas Perempuan RI Adakan Monitoring Penguatan PPKS
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Insitut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro mengadakan kegiatan Penguatan Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) di Satuan Pendidikan Tinggi dan Pesantren. Bertempat di Gedung Munaqosyah Lt. III, Jumat (5-8-2022).
Turut hadir Ida Umami, Wakil Rektor (Warek) I sekaligus membuka acara, Mufliha Wijayati, Kepala PSGA IAIN Metro, Berta Zulgana, perwakilan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Metro, Niki Putri, Dinas Kesehatan Kota Metro, Annisa Syam F, Komunitas Women & Environment Studies (WES) Payungi. Kegiatan juga diikuti oleh delegasi dari dua puluh pesantren yang ada di Kota Metro dan Unit Kegiatan Mahasiswa dan Unit Kegiatan Khusus (UKM/UKK).
Terdapat dua narasumber yang dihadirkan yakni Alimatul Qibtiyah, Komisioner Komisi Nasional (Komnas) Perempuan Republik Indonesia (RI), dan Evi Ghozaly, Konsultan Parenting dan Pengurus Lembaga Perekonomian (LP) Ma’arif Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Kegiatan ini sekaligus kolaborasi antara PSGA IAIN Metro dengan Komnas Perempuan. Bertujuan dalam pencegahan dan penanggulangan kekerasan seksual di lingkungan kampus.
Ida Umami, dalam sambutannya, mengapresiasi atas terselenggaranya kegiatan tersebut. Menurutnya, kegiatan ini merupakan langkah awal dalam menggugah masyarakat memahami hal-hal apa saja yang mencakup kejahatan kekerasan seksual di lingkungan perguruan tinggi.
“Kemudian apa upaya-upaya yang bisa dilakukan, serta apa-apa saja yang bisa diperoleh oleh masyarakat berkaitan dengan PSGA maupun institusi. Share ilmu sebanyak-banyaknya agar kita dapat melakukan pencegahan terhadap, yang sifatnya, seksual,” harapnya.
Selanjutnya, Mufliha Wijayati menjelaskan bahwa kegiatan hari ini merupakan tiga dari rangkaian kegiatan monitoring. Hari pertama dilaksanan pada Rabu, 3 Agustus 2022, membahas mengenai monitoring dan evaluasi (Monev) oleh pimpinan komnas dan rektor. Kemudian, hari kedua membahas tentang peningkatan Capacity Building Unit Layanan Terpadu (ULT).
Lebih lanjut, mufliha menjelaskan bahwa kekerasan seksual merupakan pintu masuknya sensitivitas gender. Maka dari itu, kita harus bisa menghargai manusia dan memanusiakan manusia.
Menurutnya, isu gender merupakan isu sensitif, “Jadi memperjuangkannya kalau sendiri itu sangat berat. Saya mengharapkan seluruh civitas academica dan mahasiswa dapat berperan dengan wewenangnya masing-masing,” harapnya.
Tanggapan positif datang dari, Nur Muhammad, Institut Agama Islam (IAI) Darul A’mal Metro. Menurutnya kegiatan tersebut sangat menarik karena membahas kekerasan seksual yang pada umumnya banyak terjadi. Maka, seyogyanya harus terus disampaikan terkait kurikulum.
Ia berharap, sosialisasi terkait kekerasan seksual dapat dengan masif dilakukan melalui sosial media. “Secara masif dapat mensosialiasikan melalui sosial media yang ada, seperti video-video pendek terkait kekerasan seksual,” harapnya.
Samal halnya dengan Restina Damayanti, Tadris Bahasa Inggris (TBI’19) IAIN Metro. Ia menyampaikan bahwa acara tersebut merupakan langkah yang bagus untuk menggaungkan pendidikan kekerasan seksual di lingkup institusi. Ia berharap, acara ini tidak sekadar formalitas dan ilmunya dapat benar-benar diterapkan.
(Reporter/Azis/Utami)