Tetap Berlakukan Wisuda Luring, IAIN Metro Sempat Tak Meminjami Toga Wisuda
Redaksi Kronika
- Agustus 26, 2020
- 3 min read
- 120 Views
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro Lampung tetap akan mengadakan wisuda luar jaringan (Luring) di era new normal. Wisuda periode I ini akan diadakan pada Kamis (27/08), alasan terealisasinya acara ini karena mendapatkan izin dari ketua gugus Covid-19 kota Metro.
Wisuda yang menggunakan 14 sesi untuk prosesi pemindahan kuncir ini tidak memperbolehkan para wisudawan berfoto atau memasang karangan bunga di lingkungan kampus, juga tidak diperbolehkan membawa orang tua. Berbagai ketentuan pun diberlakukan demi terealisasinya wisuda luring yang mematuhi protokol kesehatan, wisudawan juga diwajibkan untuk memakai masker dan face shield, dilarang bersalaman, menjaga jarak, serta melampirkan surat keterangan sehat.
Selain serangkaian aturan di atas, wisuda kali ini berbeda dari sebelumnya yakni wisudawan harus membawa toga sendiri. Karena kampus tidak lagi meminjamkan keseluruhannya seperti pada tahun-tahun lalu.
Menurut Suhairi, Wakil Rektor bidang Akademik dan Kelembagaan IAIN Metro, mengungkapkan, alasan mahasiswa untuk membawa toga sendiri, karena toga tidak masuk dalam penghitungan Uang Kuliah Tunggal (UKT), “Dimana-mana mengupayakan sendiri (sewa/beli toga sendiri,. red) dan toga wisuda tidak masuk ke dalam penghitungan UKT. Kalau pun ada kampus yang menyediakan itu harus bayar/beli,” katanya saat diwawancarai Kronika via WhatsApp, Selasa, (25/08).
Beberapa pekan sebelum Suhairi memberikan keterangan terkait hal tersebut, sempat mencuat kabar toga wisuda periode II lalu belum dikembalikan hingga tiba pada wisuda periode I. Hal ini dibenarkan oleh Suhairi, tetapi bukan menjadi alasan kampus untuk tidak menyediakan toga pada wisuda periode I.
Tidak adanya peminjaman toga dari pihak kampus, membuat wisudawan merasa keberatan. Salah satunya Rike Ramadani, wisudawan dari Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), merasa keberatan, “Sedikit keberatan sebenarnya, karena tahun-tahun sebelumnya kan dipinjami kampus. Sudah kondisinya seperti ini malah ditambah harus sewa. Apalagi yang nomor urut 7 dan seterusnya, hanya beberapa menit saja prosesinya tanpa duduk,” ungkap Rike, Kamis (20/08).
Rike juga lebih memilih wisuda dilaksanakan secara luring, karena wisuda merupakan sebuah momen yang sangat dinantikan oleh seluruh mahasiswa setelah menyelesaikan studinya.
Wisudawan lain juga merasakan hal yang sama, Wahyu Puji wisudawan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), mengungkapkan, “Suruh nyewa-nyewa atribut wisuda, kan nggak tau itu bekas siapa, aman nggak nya,” ujarnya.
Puji merasa kurang efektifnya pelaksanaan wisuda secara luring, menurutnya, wisuda di kala new normal ini masih menjadi hal yang menakutkan, “Ya gimana ya, efektif atau nggak nya sih ini kan emang lagi musim pandemi ya. Biar gimanapun bukan efektifnya yang dipertimbangkan, tapi safety nya,” tuturnya.
Suatu kegiatan yang dilakukan secara daring sudah menjadi adaptasi yang baru di masa pandemi, “Saya juga bingung, musim pandemi gini kok tetep kekeh mau luring, tapi ya manut aja si sebenernya maunya gimana selagi bisa diusahakan. Justru keliatan aneh gitu lo kalo pas pandemi kok nekat mau kumpul rame-rame. Meskipun pake protokol kesehatan kan ya kita nggak tau,” kata Puji.
“Pelaksanaan wisuda luring berdalih hanya karena mahasiswa yang menuntut dilaksanakan secara luring atau karena merasa kasihan, seharusnya dari pihak kampus bisa lebih tegas dalam memberikan pengertian jika pandemi benar adanya,” tambahnya.
(Reporter/Diki/Hesti)