Kronika

Uncategorized

TRAGEDI PEMILIHAN UMUM RAYA

  • Juni 8, 2010
  • 9 min read
  • 578 Views
Sempat terjadi sabotase, dimana ketika dalam proses penghitungan suara capresma dan cawapresma mendekati tahap penyelesain, ketika penghitungan suara sampai di Prodi AHS, dimana saat itu hasil perolehan suara sementara dipimpin oleh kandidat yang ber-nomor urut I. Tiba-tiba listrik di gedung GSG padam.

Senin (22/3), keluarga besar mahasiswa STAIN memilih presiden mahasiswa (Presma) yang keenam kalinya. Pemilihan Raya (Pemira) akhirnya terlaksana setelah terjad-inya kekosongan pemerintahan Badan eksekutif mahasiswa (BEM) selama tiga bulan. Ter-jadinya kekosongan ini karena tidak adanya dana dan kurangnya persiapan yang menyebab-kan molornya kongres. “Jika dalam suatu pemerintahan terjadi kekosongan, secara yuridis hal itu merupakan kejadian yang sangat luar biasa di dalam konstitusi. Namun jika mengacu secara tidak tertulis, hal itu sangat disayangkan sekali” begitu tanggapan dari Pak Sainul se-laku dosen mata kuliah Ilmu Hukum ketika kronika meminta tanggapanya. “Namun karena pemerintahan ini masih dalam lingkup mahasiswa dan sebagai wadah dalam pembelajaran, keadaan mahasiswa masih kondusif, karena menginduk pada lembaga.” Jelasnya.
Kandidat yang mendaftar sebagai calon presiden mahasiswa(capresma) dan calon wakil presiden mahasiswa (cawapresma) dalam pemira kali ini hanya ada dua pasangan. Yaitu Adhari-Dedi (DHADI) dengan nomor urut 1 dan pasangan Bagus-Memey dengan no-mor urut 2. Selain memilih presiden, mahasiswa juga memilih BEM Jurusan, Dewan Legis-latif Mahasiswa tingkat STAIN (DLM), dan DLM Jurusan (DLM J).
Pemira kali ini tak jauh bedanya dengan tahun lalu. Yaitu masih banyaknya maha-siswa yang memilih untuk tidak ikut berpartisipasi dalam pesta demokrasi tahunan ini, alias mengambil jalan netral atau golongan putih (golput). Hal tersebut bukan tanpa alasan, be-berapa alasan tersebut diantaranya karena tidak mendapatkan kursi antrian, terbentur ku-liah, malas kembali lagi ke kampus bagi mahasiswa yang kuliah pagi dan keluar ketika jam pemungutan suara masuk jam istirahat, dan ada yang lebih memilih duduk diam di kelas masing-masing ataupun pulang ke rumah. “Alah sama ajalah dari dulu siapapun yang ter-pilih nggak bisa bawa perubahan yang berarti buat kampus.” begitu ungkap Sulasmini (PAI/VI) kepada Kronika saat ditanya alasannya untuk memilih golput. Menurut Sainul, golput tidak dapat disalahkan karena hal itu merupakan bagian dari nuansa demokrasi.

Panitia Penyelenggara Pemira tahun ini adalah Komisi Pemilihan Umum Raya (KPU-R). Anggota KPU-R adalah mahasiswa utusan dari setiap Program Studi (Prodi) yang dire-komendasikan oleh Bupati. Kemudian dibantu oleh Panitia Pemungutan Suara (PPS) selaku panitia penghitungan suara dan dua tim Advokasi sebagai pengawas Pemira. Jika tahun lalu pengawas Pemira adalah badan pengawas pemilihan raya (Bawaslur) yang diambil dari per-wakilan mahasiswa dari tiap UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa), kini fungsional tersebut di-gantikan oleh tim Advokasi. Tim Advokasi sendiri merupakan satu orang perwakilan dari masing-masing Tim Sukses (TS) calon Presma. Sehingga Pemira tahun ini berjalan tanpa Bawaslur.
Keberadaan Bawaslur telah ditetapkan dalam perundang-undangan BEM-ST. “Ber-dasarkan hasil keputusan kongres, anggota Bawaslur adalah setiap ketua UKM atau yang mewakili, dengan surat mandat. Tapi, karena Surat Keputusan (SK) tak kunjung dikeluar-kan, maka Bawaslur belum terbentuk,” ungkap Malik Firmansyah selaku ketua UKM Pra-muka, ia sangat menyayangkan akan hal tersebut.
Namun berbeda dengan yang disampaikan oleh salah seorang anggota KPU-R, “Bawaslur sebenarnya telah terbentuk” Ungkap Siam, menanggapi hal itu. Namun karena tidak adanya SK yang mengesahkan kinerja mereka, akhirnya Bawaslur tidak berperan di dalam Pemira kali ini. Namun menurut Sainul, ketika kronika mengkonfirmasinya, ia menanggapi, “Jika Bawaslur telah disepakati dalam kongres dan masuk dalam konstitusi, tentunya hal itu harus diadakan dan dilaksanakan. Jika ada dalam konstitusi, kenapa tidak dibentuk? ataukah tidak menyediakan diri untuk itu?” tegasnya. “Terkait SK, seharusnya KPU-R membuat surat edaran yang intinya menunjuk salah satu anggotanya untuk menjadi Bawaslur. Demi menjamin keindependenan anggota Bawaslur, SK tersebut ditembuskan kepada Puket III atau langsung dari Ketua STAIN. Selain itu dapat diambil melalui kebija-kan pembinanya” Terangnya panjang lebar.
Terkait Pemira 2010, KPU-R telah menetapkan rangkaian jadwal serta aturan-aturan dalam melaksanakan Pemira. Peraturan yang tercantum dalam jadwal, tercatat masa tenang jatuh pada hari sabtu (20/3). Salah satu aturannya bahwa Tim sukses (TS) tidak diperbo-lehkan lagi berkampanye. Namun realita yang terjadi, dari kedua TS kandidat masih saja mempromosikan calonnya. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap psikologis calon pemilih.
Terkait dengan hal-hal yang dapat mempengaruhi calon pemilih, banyak tersebar isu saat pemungutan suara (22/3) yang sempat membuat resah. Diantaranya, adanya pesan singkat (sms) yang tersebar dikalangan mahasiswa. Bunyi pesan singkat (sms) tersebutpun diterima dari salah satu wartawan kronika yaitu, “Ass.slam mahsiswa..kpd akhwat, ikhwan..dn saudra2ku,hari ini adl penentuan 1 thun BEM kdepan,rezim PMII 5thun hrus diganti,.merka adl PECUNDANG,PEMBOHONG BESAR,.YG TDK BISA MEMBAWA PE-RUBAHAN. Jgn pilh no.2 pilih no.1 yg jelas bersih,suci,dn amanah mmbwa perbhan”.
Pesan singkat tersebut pun ditanggapi dengan edaran kertas secara acak yang beru-kuran sekitar 16×21. Kertas tersebut bertuliskan “Warning, Waspadalah…!!! Waspadalah…!!! Hati-hati Terhadap Hal-Hal Yang Berbau ‘Black Campaign”, seperti :…menjatuhkan kandi-dat tertentu atau mengangkat, memuji lalu kemudian menjatuhkan serta menyebar fitnah dan tuduhan tanpa bukti terhadap kandidat tertentu,baik lewat Via SMS ataupun Sele-baran…!!! Tetap mantapkan pilihanmu… sesuai hati nuranimu… jangan terkecoh dengan ulah oknum2 yg gak jelas dan gak bertanggung jawab. Salam Mahasiswa..!!! Sukseskan Pemira 2010 KBM STAIN METRO.
Terkait soal teror sms gelap ini, kronika mencoba mengkonfirmasi kepada TS DHADI. Andi, selaku ketua TS menanggapi bahwa sms tersebut tidak benar jika berasal dari TS Nomor 1. Dan menurutnya, sms itu berasal dari pihak-pihak yang tidak bertanggung ja-wab.
Selain itu, adanya berita panas yang termuat di Koran Harian Tribun Lampung, ha-laman 16. Petikan pernyataan yang ada di koran tersebut tertuliskan “terdapat penghi-anatan terhadap idealisme mahasiswa yang seharusnya bersikap oposisi terhadap pemer-intah.” Narasumber yang berinisal HR memberikan pernyataannya kepada Tribun. Ia men-yatakan hal tersebut dikarenakan TS DHADI memasang baliho besar dengan gambar Ad-hari, Lukman Hakim dan Dedi.
Timbulnya isu-isu yang berkembang karena TS DHADI mengadakan pengetikan KRS dan Seminar gratis. Seminar yang bertemakan “Bersama DHADI membangun SDM yang tangguh” ini menyediakan berbagai fasilitas bagi peserta seminar. Diantaranya snack, serti-fikat, dan adanya kupon yang diundi pada acara seminar tersebut. Sainul pun memberikan tanggapannya tentang hal ini. Ia mengatakan, “hal itu tidak bermasalah selama masih sesuai prosedur. Namun yang menjadi permasalahannya yaitu adanya photo kandidat dengan Walikota yang terpasang di baliho. Saya melihat dari tulisan di baliho tersebut, bermitra positif. Peran Lukman Hakim disini didudukkan sebagai Walikota Metro yang sedang men-jabat. Secara tidak langsung hal itu dapat dijadikan sebagai tolak ukur terhadap kandidat tersebut dalam membuat jaringan keluar” Terangnya.
Andi (PBI /IV)pun memberikan penjelasan terhadap isu-isu tersebut. “Kami tidak diberi uang, kami hanya silaturrahim, sharing dan ngobrol-ngobrol” jelasnya. “Hal itu dila-kukan agar terjalin silaturrahim dengan pemerintah kota setempat dan ingin membangun hubungan-hubungan di luar kampus. Terkait dana, kami (TS dan para pendukung DHADI), iuran sejak lama. Bahkan sebelum saya kuliah di sini (STAIN, red),” ungkap Andi. Terkait dana kampanye DHADI, Andi belum memastikan berapa jumlah seluruhnya yang dihabis-kan, karena belum dihitung sama sekali. Jika benar demikan seperti yang ungkapkan Andi, justru menimbulkan pertanyaan baru, apakah pasangan DHADI sudah terbentuk sebelum tahun 2008?
Penghitungan suara berlangsung dari pukul 21.00 (22/3) sampai 05.00 (23/3). Detik-detik penghitungan suara berlangsung menegangkan. Seperti tanggapan dari salah satu mahasiswa Meylia (PBS/2), “menegangkan, karena Capresma yang aku dukung masih jauh ketinggalan.” Hal senada juga diungkapkan oleh Tri Utaminingsih (AHS/VI), “perhi-tungan suaranya menegangkan, luar biasa. TS dari masing-masing kandidat responnya luar biasa, tapi Alhamdulillah sejauh ini tidak terjadi hal-hal yang membahayakan (kekerasan fisik/anarkis, red). Jika kandidat yang saya dukung menang, saya akan mendukung segala program kerja (progja) yang dia lakukan, yang tujuannya untuk kesejahteraan mahasiswa dan kampus. Tetapi jika dia (kandidat yang didukungnya, red) menang dan melanggar progja-progja yang ada atau menyalahi fungsinya sebagai pemerintahan kampus, saya akan mengingatkan atau menegurnya. Dan jika kandidat yang saya dukung ternyata kalah, saya akan legowo. Dengan catatan, kekalahan itu dengan cara yang jujur, alias kekalahan murni tidak dibuat-buat oleh oknum yang tidak menginginkan berjalannya demokrasi yang sehat di kampus ini. Dan good luck kepada kandidat yang menang. Semoga bisa mengemban amanah dengan baik,” ucapnya panjang lebar. Berbeda dengan ungkapan dari salah satu TS DHADI, Andi Setiawan. “Penghitungan suara kali ini biasa saja. Jika menang, Alhamdulil-lah. Dan jika tidak menang, Alhamdulillah, itulah yang terbaik buat kami,” Ungkapnya sing-kat.
Ketika dalam proses penghitungan suara capresma dan cawapresma mendekati tahap penyelesain, sempat terjadi sedikit sabotase. Dimana penghitungan suara sampai di Prodi AHS, dimana saat itu hasil perolehan suara sementara dipimpin oleh kandidat yang bernomor urut I. Tiba-tiba listrik di gedung GSG padam. Namun panitia dan beberapa orang yang mengikuti proses perhitungan suara serempak menyalakan senter-senter yang ada di hand phone (HP) masing-masing. Satpam STAIN datang dan menyalakan senter yang di-bawanya ke atas sehingga sinarnya memantul keruangan. Ruangan pun tak terlalu gelap meski tak kondusif.
Beberapa orang yang ada di GSG berteriak (menjerit-jerit), menjatuhkan bahkan membanting kursi, melontarkan takbir dan ajakan untuk shalawat, serta ada yang berusaha menenangkan kegaduhan yang terjadi. Sempat terjadi sebuah teriakan ejekan, ancaman dan mengingatkan bahwa mereka adalah muslim. Beberapa orang yang bukan termasuk panitia, maju ke depan menendang kotak suara AHS. Serta ada yang ingin mengambil kotak suara, namun hal itu tidak terjadi. Keadaan yang mencekam tersebut berlangsung sekitar kurang lebih lima menit. Akhinya lampu hidup kembali. Penghitungan suara pun dilangsungkan. Namun, beberapa surat suara AHS hilang. Hal itupun setelah ditawarkan kepada Quorum, dan mereka sepakat untuk melanjutkan perhitungan suara yang sempat tertunda.
Hasil akhir dari penghitungan suara tersebut, pasangan nomor urut 1, Adhari-Dedi mendapatkan 951 suara. Dan pasangan Bagus-Memey mendapatkan 659 suara. Sehingga secara otomatis mengantarkan pasangan DHADI terpilih sebagai capresma dan cawapresma periode 2010.
Sedangkan BEM Jurusan Tarbiyah dimenangkan oleh kandidat dengan nomor urut 2, yaitu Karmawan (PBI/VI), dengan perolehan suara 673. Sedangkan kandidat nomor 1, Guntur Triono (PBA/VI), mendapatkan 573 suara. Pada perhitungan BEM Jurusan Syariah, dimenangkan oleh Andi Yahya (EI/VIII) dengan nomor urut 1. Ia mendapatkan sebanyak 183 suara. Dan kandidat nomor 2, Jomiyanto Muzakki (AHS/IV), mendapat 149 suara.
Untuk DLM ST prodi PAI dimenangkan oleh kandidat dengan nomor urut 1 yaitu Slamet Riyadi (PAI/VI) dengan total sebanyak 230 suara, Prodi PBI dengan nomor urut 3 atas nama Yulastri (PBI/IV) sebanyak 312 suara, Prodi PGMI dengan nomor urut 1 oleh Hermansyah P (PGMI/VI) sebanyak 105 suara, Prodi PBA oleh Tuti Widiyati (PBA/IV) den-gan nomor urut 2 sebanyak 55 suara, Prodi AHS dengan nomor urut 3 oleh Wira Kurniawan (AHS/IV) sebanyak 42 suara, Prodi EI dengan nomor urut 1 oleh Dharma Setiawan (EI/VIII) sebanyak 99 suara, Prodi PBS dengan nomor urut 2 oleh Jimmy Romarthen (PBS/II) seban-yak 22 suara.
Dan untuk DLM Jurusan prodi PBA dimenangkan oleh kandidat dengan nomor urut 2 atas nama Umdatu Al Maziyah (PBA/II) dengan 52 suara, Prodi EI dengan nomor urut 3 oleh Fanny Ruspanji (EI/IV) sebanyak 102 suara, Dan untuk Prodi PAI, PBI, PGMI, AHS, dan PBS menang secara aklamasi.
Menanggapi hasil akhir pemilu raya kali ini, Sainul selaku dosen jurusan Ilmu Hu-kum ini mengatakan “bagi kandidat yang menang maupun yang kalah, semuanya baik. Karena menang dan kalah adalah proses politik, selain itu bagi kandidat yang menang, agar lebih bersemangat membangun, mengembangkan dan menginformasikan.[]

Baca Juga:  Kawa Daun dengan Beragam Manfaatnya

Oleh: Tia Iriani
Laporan: Sugiyanto, Elly A, Hasan, Suniah, Mustahsin

Bagikan ini:
About Author

Redaksi Kronika

Kronika kini menjadi media mahasiswa yang telah memiliki pengalaman lebih dari dua dekade dalam menyajikan informasi, analisis, dan opini mengenai berbagai isu sosial, pendidikan, politik, dan budaya, baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *