38°C
16 April 2024
Artikel

Fenomena Aphelion Sebabkan Suhu Udara Terasa Lebih Dingin, Benarkah?

  • Juli 17, 2021
  • 2 min read
  • 42 Views
Fenomena Aphelion Sebabkan Suhu Udara Terasa Lebih Dingin, Benarkah?

Di awal Juli beberapa masyarakat daerah di Indonesia mengeluhkan suhu udara semakin dingin pada malam hingga pagi hari. Banyak yang beranggapan bahwa suhu dingin terjadi disebabkan adanya fenomena Aphelion yang terjadi pada bulan Juli.

Fenomena Aphelion terjadi saat posisi bumi berada pada titik terjauh dengan matahari. Pada 2021 ini, jarak terjauh antara bumi dengan matahari sekitar 152.100.527 kilometer dan terjadi pada tanggal 6 Juli 2021 lalu.

Hal tersebut yang menyebabkan masyarakat berasumsi bahwa posisi bumi yang sangat jauh dengan matahari menyebabkan suhu udara terasa lebih dingin. Namun, pernyataan tersebut disangkal oleh Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Berdasarkan informasi dari akun instagram resmi @infobmkg, menyatakan bahwa suhu udara dingin merupakan fenomena alamiah yang biasa terjadi di bulan-bulan musim kemarau, yaitu Juli—September. Fenomena seperti ini dikenal masyarakat Jawa dengan istilah bediding.

Menurut Kamus Indonesia-Jawa, karya Sutrisno Sastro Utomo (2015), istilah bediding untuk menyebut perubahan suhu yang mencolok khususnya di awal musim kemarau. Perubahan suhu tersebut terjadi selama tiga atau empat bulan. Biasanya bediding akan terjadi pada pertengahan tahun, antara Juli sampai Agustus. Lantas apa penyebab udara terasa lebih dingin?

Pada Juli 2021 ini, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin. Pola tekanan udara yang relatif lebih tinggi, menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal Monsoon Dingin Australia. Angin yang bertiup dari benua Australia menjadi penyebab suhu udara menjadi dingin.

Terkait wilayah yang terdampak fenomena bediding ini tidak hanya dirasakan di pulau Jawa saja. Sebab wilayah yang mengalami fenomena bediding memiliki tipe hujan monsunal, puncaknya hujan turun pada bulan Desember—Februari dan wilayah yang mengalami kondisi kering (hujan minimal) pada Agustus—Oktober.

Baca Juga:  Mengenal Busok, Kucing Asli Indonesia yang Diakui Dunia

Wilayah tersebut meliputi Sumatera Selatan, Lampung, Pulau Jawa, Pulau Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Selain karena Monsoon Dingin Australia, pengaruh suhu dingin juga terjadi saat musim kemarau, yang mana tutupan awan cenderung lebih sedikit. Sehingga tidak ada yang menahan radiasi bumi yang terlepas pada malam hari. Hal inilah yang menyebabkan suhu udara terasa lebih dingin.

Dampak dari fenomena bediding ini juga terasa bagi kesehatan. Tak lupa BMKG mengimbau agar masyarakat dapat menjaga daya tahan tubuh dengan sangat baik. Seperti istirahat dengan cukup, memberikan tubuh asupan yang bergizi, dan mengatur aktivitas supaya tidak berlebihan dan cenderung membuat lelah.

Sumber :

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bediding

https://www.kompas.com/sains/read/2021/07/16/090300223/mengenal-fenomena-bediding-dan-daftar-wilayah-terdampak

https://www.instagram.com/p/CRViOFQAw4F/?utm_medium=copy_link

https://www.instagram.com/p/CRWaDxdBPVl/?utm_medium=copy_link

(Penulis/Nurul)

Bagikan ini:
About Author

Redaksi Kronika

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *